Saturday, 30 July 2016

Guru Menjadi Badut "Why Not?"

Melihat judul di atas pasti timbul pertanyaan dalam benak kita, mengapa jadi badut? Maksudnya apa? Apakah badut beneran atau bagaimana?

Di dalam praktek mengajar sehari - hari pasti sebagai seorang guru selalu mencari cara bagaimana caranya agar kita bisa mendidik anak dengan baik.

Agar dapat mendidik anak dengan baik. Tentu kita harus bisa dekat dengan anak.

Dari berbagai macam karakter guru yang ada pasti akan muncul berbagai macam pendekatan terhadap anak.

Pada kesempatan kali ini saya akan mengupas sedikit cara pendekatan terhadap anak dengan cara Menjadi badut.

Menjadi badut bukan berarti harus berpakaian badut. Bisa juga melawak didepan kelas bernyanyi atau menghibur murid dengan cara lainnya.

Hal ini bertujuan untuk mendekatkan antara anak dengan guru. Anda pasti pernah melihat film "tare zamen Par" yang dibintangi Amir Khan. Bagaimana Amir Khan meluluhkan hati muridnya dengan berbagai cara dan pada akhirnya muridnya sendiri mau belajar dengannya.

Ketika hati anak sudah ada cemistry dengan kita maka anda tak perlu khawatir. Anda tinggal memasukkan pelajaran yang ingin Anda sampaikan dan siswa akan memperhatikan Anda karena Anda akan menjadi seorang yang sangat penting bagi siswa Anda terlebih seorang berkebutuhan khusus.

Wacana Keadilan di balik Penghapusan Sertifikasi

Selamat atas dedikasi bapak Anies Baswedan dan selamat bekerja atas bapak Muhajir Effendi atas jabatan barunya.

Dibalik pengangkatan Mendikbud yang baru banyak sekali wacana wacana baru yang muncul, dari penghapusan UN, sertifikasi, dan pelatihan guru.

Masing - masing pasti memiliki tujuan yang baik. Tujuan yang harus kita kawal dengan bijak.

Penghapusan sertifikasi merupakan salah satu wacana yang harus segera terealisasi. Karena dalam pelaksanaan program ini banyak ketidakadilan.

Dari jumlah yang diterima. PNS dan Non PNS memiliki jumlah yang beda. Dan jumlahnya pun fantastis bisa terpaut jutaan rupiah.

Selain jumlah kenapa harus melalui PLPG atau program afiliasi lain yang berhubungan dengan kampus? Apakah dulu kami ketika kuliah dan lulus memang dianggap tidak profesional?.

Selain itu setelah adanya sertifikasi juga tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Banyak hal yang janggal dan tidak adil dalam pelaksanaannya. Banyak opini masyarakat yang berkembang dari pencairan yang lambat, mulai dari penahanan di bank agar dapat bunga atau banyak yang tidak suka dengan guru.

Wacana wacana ini memang berkembang dan masyarakat luas juga tahu bahkan yang bukan guru juga tahu.

Dengan adanya program resonansi finansial ini diharapkan adanya keadilan bagi guru terutama bagi guru yang baru dan Non PNS terlebih yang berada di wilayah 3T.

Sehingga nantinya tidak ada lagi yang namanya kecemburuan antar sesama guru.

Wacana Keadilan di balik Penghapusan Sertifikasi

Selamat atas dedikasi bapak Anies Baswedan dan selamat bekerja atas bapak Muhajir Effendi atas jabatan barunya.

Dibalik pengangkatan Mendikbud yang baru banyak sekali wacana wacana baru yang muncul, dari penghapusan UN, sertifikasi, dan pelatihan guru.

Masing - masing pasti memiliki tujuan yang baik. Tujuan yang harus kita kawal dengan bijak.

Penghapusan sertifikasi merupakan salah satu wacana yang harus segera terealisasi. Karena dalam pelaksanaan program ini banyak ketidakadilan.

Dari jumlah yang diterima. PNS dan Non PNS memiliki jumlah yang beda. Dan jumlahnya pun fantastis bisa terpaut jutaan rupiah.

Selain jumlah kenapa harus melalui PLPG atau program afiliasi lain yang berhubungan dengan kampus? Apakah dulu kami ketika kuliah dan lulus memang dianggap tidak profesional?.

Selain itu setelah adanya sertifikasi juga tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Banyak hal yang janggal dan tidak adil dalam pelaksanaannya. Banyak opini masyarakat yang berkembang dari pencairan yang lambat, mulai dari penahanan di bank agar dapat bunga atau banyak yang tidak suka dengan guru.

Wacana wacana ini memang berkembang dan masyarakat luas juga tahu bahkan yang bukan guru juga tahu.

Dengan adanya program resonansi finansial ini diharapkan adanya keadilan bagi guru terutama bagi guru yang baru dan Non PNS terlebih yang berada di wilayah 3T.

Sehingga nantinya tidak ada lagi yang namanya kecemburuan antar sesama guru.

Wacana Keadilan di balik Penghapusan Sertifikasi

Selamat atas dedikasi bapak Anies Baswedan dan selamat bekerja atas bapak Muhajir Effendi atas jabatan barunya.

Dibalik pengangkatan Mendikbud yang baru banyak sekali wacana wacana baru yang muncul, dari penghapusan UN, sertifikasi, dan pelatihan guru.

Masing - masing pasti memiliki tujuan yang baik. Tujuan yang harus kita kawal dengan bijak.

Penghapusan sertifikasi merupakan salah satu wacana yang harus segera terealisasi. Karena dalam pelaksanaan program ini banyak ketidakadilan.

Dari jumlah yang diterima. PNS dan Non PNS memiliki jumlah yang beda. Dan jumlahnya pun fantastis bisa terpaut jutaan rupiah.

Selain jumlah kenapa harus melalui PLPG atau program afiliasi lain yang berhubungan dengan kampus? Apakah dulu kami ketika kuliah dan lulus memang dianggap tidak profesional?.

Selain itu setelah adanya sertifikasi juga tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Banyak hal yang janggal dan tidak adil dalam pelaksanaannya. Banyak opini masyarakat yang berkembang dari pencairan yang lambat, mulai dari penahanan di bank agar dapat bunga atau banyak yang tidak suka dengan guru.

Wacana wacana ini memang berkembang dan masyarakat luas juga tahu bahkan yang bukan guru juga tahu.

Dengan adanya program resonansi finansial ini diharapkan adanya keadilan bagi guru terutama bagi guru yang baru dan Non PNS terlebih yang berada di wilayah 3T.

Sehingga nantinya tidak ada lagi yang namanya kecemburuan antar sesama guru.

Wacana Keadilan di balik Penghapusan Sertifikasi

Selamat atas dedikasi bapak Anies Baswedan dan selamat bekerja atas bapak Muhajir Effendi atas jabatan barunya.

Dibalik pengangkatan Mendikbud yang baru banyak sekali wacana wacana baru yang muncul, dari penghapusan UN, sertifikasi, dan pelatihan guru.

Masing - masing pasti memiliki tujuan yang baik. Tujuan yang harus kita kawal dengan bijak.

Penghapusan sertifikasi merupakan salah satu wacana yang harus segera terealisasi. Karena dalam pelaksanaan program ini banyak ketidakadilan.

Dari jumlah yang diterima. PNS dan Non PNS memiliki jumlah yang beda. Dan jumlahnya pun fantastis bisa terpaut jutaan rupiah.

Selain jumlah kenapa harus melalui PLPG atau program afiliasi lain yang berhubungan dengan kampus? Apakah dulu kami ketika kuliah dan lulus memang dianggap tidak profesional?.

Selain itu setelah adanya sertifikasi juga tidak berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Banyak hal yang janggal dan tidak adil dalam pelaksanaannya. Banyak opini masyarakat yang berkembang dari pencairan yang lambat, mulai dari penahanan di bank agar dapat bunga atau banyak yang tidak suka dengan guru.

Wacana wacana ini memang berkembang dan masyarakat luas juga tahu bahkan yang bukan guru juga tahu.

Dengan adanya program resonansi finansial ini diharapkan adanya keadilan bagi guru terutama bagi guru yang baru dan Non PNS terlebih yang berada di wilayah 3T.

Sehingga nantinya tidak ada lagi yang namanya kecemburuan antar sesama guru.

Saturday, 23 July 2016

15 Menit Melihat Buku

Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif.


Berdasarkan hal itulah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan public.