Saturday, 9 January 2016

Imam Bukhari dari seorang Tunanetra Menjadi Seorang Yang genius

Sahabat ku semuanya, pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan sebuah kisah dari seorang mantan tunanetra yang menjadi salah satu orang paling genius di dunia dan menjadi orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan islam di era sekarang ini.

Beliau bernama Muhammad, putra dari Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi, biasa dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdillah. Beliau dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at 13 Syawwal 194 H di Bukhara (Bukarest). Ketika masih kecil, ayahnya yaitu Isma’il sudah meninggal sehingga dia pun diasuh oleh sang ibu. Ghinjar dan Al-Lalika’i menceritakan bahwa ketika kecil kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Pagi harinya dia dapati penglihatan anaknya telah sembuh (lihat Hadyu Sari, hal. 640)

Beliau abu abdillah atau yang sekarang banyak orang yang mengenalnya dengan nama imam bukhari merupakan seorang yang sangat jenius. hafalannya sangat luar biasa sekali. Ibaratnya ketika matanya terbuka, mata dari Imam Bukhari ini seperti sebuah mesin perekam yang mampu merekam apa yang ia lihat ( kitab) / pendengarannya yang mampu mendengarkan semua peajaran dari ustadz beliau sehingga beliau mampu mengahafal kurang lebih sebanyak seratus ribu hadits.

Muhammad bin Hamdawaih rahimahullah menceritakan: Aku pernah mendengar Bukhari mengatakan, "Aku hafal seratus ribu hadits sahih".

Friday, 8 January 2016

FOTO KEGIATAN SLB

Berikut adalah foto - foto kegiatan anak - anak berkebutuhan khusus.

HAKIKAT ANAK BERESIKO

Anak Beresiko, sekilas kata tersebut Nampak aneh bagi kita. selain itu kata tersebut juga mencerminkan ada kenakalan dan kebrutalan di dalamnya. lalu apa yang dimaksud dengan anak beresiko.

Anak beresiko adalah anak yang tidak mungkin untuk lulus tepat pada waktunya , tidak memiliki ketrampilandan rasa percaya diri yang dibutuhkan untuk digunakan dalam bekerja dan berhubungan dengan orang lain (sagor dan cox, 2004 dalam buku Anak Beresiko).

Secara umum anak beresiko merupakan gambaran dari anak pembuat onar (trouble maker), anak yang malas, suka perhatian, egois, dan pembohong (Apllestain, 1988).

Sedangkan Slavin dan kawan - kawan berpendapat bahwa istilah beresiko tidak dapat diartikan secara tepat, karena berbeda variasi dalam hal penyebabnya. artinya keungkinan anak menjadi beresiko adalah bukan hanya anak yang tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, melainkan ada beberapa factor - factor resiko yang menyebabkan ia beresiko.

Berkaca dari pendapat slavin diatas moris menggambarkan factor resiko tersebut antara lain prestasi yang rendah, gangguan memori, masalah tingkah laku, suka membolos, dan rendahnya status social ekonomi yang dimiliki oleh anak.
Dari pendapat diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa anak beresiko merupakan suatu kondisi dimana seorang anak mengalami gangguan atau masalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi masalah di lingkungan sekitarnya yang pada akhirnya juga akan merugikan anak itu sendiri.

Lalu apa ciri - ciri dari anak beresiko ?. Anak beresiko memiliki banyak sekali ciri khas yang berbeda - beda maupun sama antara satu dengan yang lain.

Ciri anak beresiko antara lain ;
1. Tidak menampilkan kemampuan membaca yang baik
2. Tidak mendapat equivalen rata - rata skor 70 pada skala 100 dalam 2 ataulebih bidang studi selama semester berjalan.
3. Tidak melanjutkan studi pada kelas (level) berikutnya di sekolah
4. Tidak menampilkan hasil yang memuaskan pada instrument Asesmen.
5. Hamil diluar nikah dan menjadi Young Parent
6. Ditempatkan pada sebuah programpendidikan alternative selama tahun sekolah sebelumnya atau sekolah saat ini.
7. Dikeluarkan dari Sekolah
8. Memiliki keterbatasan dalam berbahasa
9. Berada dalam gugatan.
10. Positiv HIV / AIDS
11. Lambat Belajar
12. Sering Membolos
13. Tidak Memiliki  motivasi
14. Pemakai Obat - obatan terlarang

Perlu diperhatikan pula bahwa ternyata anak dengan ketidakmampuan (cacat) fisik yang disandanya otomatis digolongkan menjadi anak beresiko, namun akan menjadi beresiko, jika anak tersebut memiliki satu atau lebih dari ciri di atas. dengan demikian mereka menjadi beresiko tidak berdasarkan pada  bagian dari ketidakmampuan (kecacatan) fisiknya semata.