Tuesday, 21 June 2016

Sekolah Literasi Untuk Membangkitan Negeri Yang Sedang Tidur


Merujuk pada hasil survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Kondisi tersebut, perlu ditanggapi serius oleh pemerintah. dikawasan Asia Tenggara pun Indonesia berada diperingkat 3 terbawah, diatas Kamboja dan Laos. kondisi yang cukup memprihatinkan bagi sebuah bangsa yang besar.

Membaca adalah pintu utama bagi kesuksesan dari sebuah negara. Dengan masyarakat yang enggan membaca, bisa dipastikan bahwa pengetahuan, ilmu, dan informasi yang dimiliki orang Indonesia sangat lemah. Hal, Tersebut dapat menjadikan Negara kita semakin tertinggal dibandingkan negara - negara di sekitar.

Kita bisa tengok dikampus saja, kita akan banyak melihat orang yang pegang Android atau laptopnya dibandingkan membuka buku. kebanyakan dari mereka bermain di dunia maya atau sekedar mengobrol saja.

Inilah yang harus segera dibangunkan oleh pemerintah agar warga negara Indonesia menjadi warga yang gemar membaca. Program Literasi yang menjadi Program Kurikulum Nasional akan menjadi kunci sukses membangkitkan semangat membaca warga Indonesia.

Dalam Hal ini sekolah menjadi ujung tombak utama untuk mengembangkan dan menggemarkan membaca. Sekolah harus banyak membuat program - program yang membuat anak - anak rajin membaca. Mading yang dulu pernah menggema harus dibangkitakn lagi. Perpustakan yang kebanyakan sudah mati suri harus dihidupkan lagi. 

Semuanya agar negeri ini bisa bangkit tidak semakin terpuruk. Negeri ini negeri besar, bersejarah dan kuat harus segera dibangunkan agar kembali menjadi Macan yang membuat takut negara disekitar. Untuk mewujudkan itu pemerintah harus mendorong sekolah untuk bisa menjadi sekolah literasi. Sekolah literasi yang membuat anak- anak suka untuk membaca. yang membuat anak -anak ketagihan untuk membaca.

(Diambil dari berbagai sumber)

Monday, 20 June 2016

Senja Sia Di Bulan Maghfirah

Berboncengan kesanan kesini...
Dengan Asyiknya, Seperti tanpa dosa...
Ngabuburit namanya...

Keadaan sore hari di bulan yang penuh berkah...
tapi sering diisi dengan acara yang penuh dosa...
ramadhan seperti kehilangan ruhnya...

Ulah zaman dan atas nama kebebasan...
Semuanya menjadi kebablasan....
Apakah kita tidak peduli sedikitpun....

Senja itu penuh doa dari ikan di lautan...
Bulan ini penuh maghfirah...
Tapi banyak yang membuatnya menjadi hampa...

Hanya ada keriuhan...
Suara petasan dar der dor...
Semuanya akan menjadi tangis saat Hisab datang...

Senjaku apakah akan seperti ini....
Sia sia penuh dengan penyesalan ....

Sunday, 19 June 2016

RAMADHAN GURU KAMU DAN SAYA

Bagi kebanyakan orang saat ini bulan ramadhan nampaknya cuma berlalu serti bulan - bulan yang lainnya. Bulan ramdhan sudah menjadi seperti keseharian saja. Orang - orang hanya menyambut dan menutup, ibadah pun hanya awalu wal akhiru di awal dan di akhir.


Padahal Ramdhan itu adalah bulan yang mulia, bulan yang di dalamnya ada malam lailatul qadr. Bulan yang di dalamnya Syaithon dibelenggu. Bulan yang penuh dengan kebaikan.

Tapi dinegeri ini bulan Ramadhan dijadikan medan perang oleh orang - orang tidak bertanggung jawab. Mereka menyudutkan islam, mencoba menghapus aturan islam dan sebagainya.

Tapi kenyataannya seperti itulah kejadiannya.  

Padahal Ramadhan adalah berkah, Ramdhan itu guru. Guru bagi kita semua. Saat Ramdhan datang kaki seperti ringan melangkah ke masjid. Tangan semakin ringan membawa mushaf dan dompet menjadi mudah untuk dibagi.

Bagi orang yang bertung bisa memanfaatkannya. Ramadhan adalah guru. Guru yang tiada berwujud tapi manfaatnya luar biasa.

mari kita tengok, saat Ramadhan tanpa kita ajarkan pun anak - anak kita maupun kita orang dewasa akan mendapatkan hafalan baru yang dibaca Imam saat Sholat Tarawweh. meskipun hanya mendengar tapi itu akan sangat bermakna sekali.

Ramdhan pun mengajarkan kita untuk bisa merasakan lapar. merasakan susahnya saudara - saudara kita yang sedang mengalami konflik ataupun paceklik.

Ramadhan pun mengajarkan kepada kita agar kita berbagi. Orang - orang berlomba dalam berbagi sedekah. berbagi makanan kepada sesama. Tanpa disuruh pun Ramadhan sudah mengajarkan kita untuk berbgai. sehingga kita semakin memiliki empati dan simpati, bukan rasa yang telah mati.

Ramadhan pun telah mengajarkan kepada kita untuk tidak sombong, dengan mengajak kita untuk terus meminta ampun kepada sang kholik. mengajarkan kepada kita untuk terus meminta kepada Nya.

Itulah Ramadhan, Guru yang tanpa dasi maupun Peci. tidak terlihat tapi terasa. Tidak bisa disentuh tapi sangat menyentuh.

Semoga kita semua bisa mendapatkan manfaat yang luar biasa dari Ramdhan tahun ini dan akan bertemu dengan Ramdhan lagi tahun depan. Amien.